CUT


(salah satu cerpen yg gue buat entah kapan, udah lupa) Baca->coment

Buat ABG seumuran Kia emang mungkin agak nggak wajar kalo belom pernah pacaran. Tapi toh Kia tetep kekeuh nggak mau pacaran dulu. Katanya sih nggak mau kegiatan belajarnya terganggu.
Pintar. Cakep. Kalem. Sedikit gambaran tentang Kia.
“Ki, jadi kapan dong lo kenalin gebetan lo ke kita-kita?” Tanya Rendy, sohibnya suatu ketika.
“Kapan-kapan kali ya”
“Apa lo nggak ngiri liat kita setiap minggu jalan ma cewek kita?” sambung Daniel.
“Ngapain? Itukan cewek kalian yah suka-suka kalian dong mau ngapain juga.”
“Yah..maksud gue emang lo kagak mau nyusulin kita-kita?” Daniel meluruskan.
“Kan udah gue bilang kapan-kapan.” Kia tetep ngeyel.
Rendy, dan Daniel menatap pasrah sohibnya itu.
***
“Anak-anak, hari ini kita kedatangan siswa baru. Pindahan dari Aceh.” Pak Sam memberi pengarahan didepan kelas.
Pandangan seluruh anak sebelas ipa 6 tertuju ke arah pintu masuk. Tak lama seorang cewek berjilbab masuk. Tersenyum sangat ramah.
“Perkenalkan saya Cut Diah. Cukup panggil saya Cut. ” Ujarnya memperkenalkan diri.
“Baiklah Cut silahkan duduk.” Pak Sam menunjuk bangku di samping Rika. Tepat di depan Kia.
Cut berjalan menghampiri kursi Rika. Tersenyum manis ke arah Kia. Senyuman yang membuat hati Kia seakan kesetrum. Perasaan ganjal yang belum pernah ia alami.
“Hei..Aku Rika.” Rika mengulur tangannya yang disambut riang oleh Cut.
“Salam kenal.” Balas cut.
Kia yang duduk tepat di belakang mereka terpukau melihat semua kejadian yang baru dialaminya. Materi kimia yang disampaikan oleh Pak Sam sama sekali tidak diperhatikan oleh Kia. Perhaitannya hanya tertuju kepada Cut,Cut, dan Cut.
***
Teeeeetttt. Bel istirahat pertama berbunyi. Seluruh anak dari kelas sepuluh sampai duabelas berhamburan keluar kelas. Ada yang ke lapangan basket, kantin, perpustakaan seperti burung yang baru saja dilepas dari sangkar (liar!).
Cut dan Rika masih di dalam kelas. “Cut kamu mau ke kantin?” Cut menggeleng.
“Ya udah aku ke kantin duluan ya, belom sarapan soalnya.” Rika meninggalkan Cut sendirian di kelas.  Eh tunggu ada orang laen Kia, ya Kia.
Kia beranjak dari tempat ia duduk. Berjalan menghampiri Cut dan duduk di sampingnya. Mengulur tangan sambil tersenyum. Tapi Cut malah mengatupkan kedua telapak tangannya dan menariknya ke depan dada, lalu berkata “Maaf, bukan muhrim.” Senyumnya penuh penyesalan. Kia menarik lagi tangannya dan senyumnya mengembang.
“Gue Kia.”
“Aku Cut.”
“Kok lo nggak bareng Rika?”
“Rika mau ke kantin, aku puasa.” Ia tersenyum sangat manis (gula kali manis).
“Ooo..” Kia manggut-manggut. “ Ya udah gue duluan ya.”
***
Di pojokan kantin.
“Heei sob kok lama?” ujar Rendy.
“Ngga pa pa.” jawab Kia lesu.
“Loh kenapa lu?” Tanya Daniel menyelidik.
“Ngga pa pa.”
“Ngga biasanya lu begini. Cerita dong. Kenapa sohib gue yang satu ini?” Rendy menepuk bahu Kia. Kia mendongak menatap Daniel dan Rendy satu persatu. Dan kembali menunduk.
“Ada anak baru di kelas gue.” Jawabnya lesu.
“Trus kenapa? Dia lebih piter dari lo? Lo takut kesaingan? Tenang sob, kita yakin kok kalo lo tu nggak mungkin ada yang nyaingin, Mister Dijit.” Kia memang dijuluki Mister Dijit karena doi jago banget Matematikanya.
“Bukan itu. Tapi...”
“Tapi? Emang siapa sih anak baru itu? Berani-beraninya dia ngegangguin sohib gue!”
“Dia Cut. Cewek berjilbab. Pindahan dari Aceh.” Kia angkat bicara.
“Ooo cewek to. Jangan bilang kalo lo…” Rendy mendelik ke arah Kia. Menoleh pada Daniel kemudian mengedip-ngedipkan sebelah matanya.
“Falling in lop.” Daniel menyelesaikan kalimat Rendy.
“Iya.” Aku Kia pasrah.
“Ha ha ha ha…” Daniel dan Rendy tertawa  panjang. Kia melotot ke arah mereka berdua. Mereka berhenti.
“Maap sob.” Rendy merengut.
“Abisnya sih lo. Bisa juga ya lo jatuh cinta?”
“Lo belom liat Dan, senyumnya,sikapnya, sangat bersahaja. Baru kali ini gue nemu cewek kaya dia. Wajar aja kalo gue langsung ada feel sama dia.Tapi..”
“Tapii apa?”
“Tapi mungkin gue nggak bakalan bisa bikin dia jagi pacar gue deh.”
“Loh kok?” rendy penasaran.
“Tadi aja waktu gue ajakin jabat tangan dia nggak mau, katanya ‘maaf bukan muhrim’.. lo bayangin deh jabat tangan aja kagak mau apalagi gue jadiin pacar?” wajah Kia memelas. Kia, Kia memang nasibmu nak. Nggak pernah naksir cewek, sekalinya naksir kok kayaknya susah banget ngedapetinnya.
Teeeeeet teeeeeet. Bel panjang tanda masuk kelas mengakhiri obrolan panjang tiga serangkai itu.
***
Hari ini pembagian raport ulangan semester satu. Pak Sam sudah berdiri di depan kelas. Menenteng setumpuk buku raport Siswa kelas sebelas ipa 6.
“Baiklah  hari ini Pak akan membagikan hasil jerih payah kalian selama satu semester. Pak sangat menghargai kerja keras dan semangat kalian. Seperti biasa pak akan mengumumkan 3 peringkat terastas.” Ujar pak Sam sambil mengedarkan pandangannya keliling kelas.
Seisi kelas diam, tegang saperti menunggu giliran cabut gigi aja. Pak sam menarik napas. “ Yang menduduki peringkat pertama untuk semester ini adalah….Cut Diah.”
Suasana kelas berubah riuh rendah akibat tepukan tangan seluruh anak. Yang disebut namanya hanya tersenyum malu-malu.
Jantung Kia seakan mau copot mendengar kata-kata pak Sam. Ia samasekali tak menyangka gadis Aceh itu akan menyainginya. Semakin kagum saja dia kepada Cut.

Kia menghampiri Cut.
“Selamat ya.” Sapa Kia.
“ Makasih ya Ki. Kamu juga hebat, kamu kan juara bertahan selama ini.”
“Yah minimal sebelum ada Cut.” Rika berpendapat. ” Gimana Ki. Hebat ngga nih temen gue bisa ngalahin lo?” Rika tersenyum jahil.
“He he he…Liat aja semester depan.” Ucap Kia penuh tantangan.
“Eh gimana kalo aku trakatir kalian. Yah sebagai rasa syukur aku karena bisa ngalahin juara bertahan.” Tawar Cut.
“Bolehh..boleh.” Kia dan Rika serempak.
Dikantin.
Kia duduk di samping Rika. Sedangkan Cut berhadapan dengan Kia.
“Kalian mau mesen apa?”
“Gue baso ama the manis.”
“Kamu Ki?” Cut menoleh ke Kia.
“Gue udah makan sih, jadi masih kenyang. Gue milkshake aja.”
Cut menoleh ke kanan kiri mencari pelayan. Melambaikan tangan kepada seorang pelayan yang sedang mengelap meja di sebelah kiri mereka.
“Mas pesen basonya dua, the manis satu, milkshake satu, sama es jeruk satu. Nggak pake lama yah.” Cut mengabsen pesanan.
Rika dan Cut telah menghabiskan baso mereka. Milkshake Kia tinggal setengah.
Merasa sudah menemukan waktu yang tepat Kia menendang halus kaki Rika, mengedipkan mata.
“Sorry gue ke toilet sebentar ya. Mules nih kayaknya kebanyakan sambel.” Rika berakting.
Tinggal Kia yang duduk di hadapan Cut. Kia menyeruput milkshakenya. Menghirup napas panjang, menghembuskannya.
“Cut, ada yang mau gue omongin.”
“Apa? Ngomong aja lagi.” Cut yang tidak menyadari gelagat Kia masih bersikap  santai.
“Aku mau ngaku.” Kia nggak lagi ber-lo lo gue gue. “Aku suka kamu Cut.”
Cut yang tengah menyeruput tersedak dan hamper menyemprotkan es jeruknya tapi buru-buru ia tutup mulutnya. Belum habis keheranan Cut ia melotot. Meliahat tatapan Kia yang begitu dalam, sedetik kemudian wajahnya bersemu merah jambu.
Beberapa detik mereka terdiam. Kia tampak gelisah menunggu kata-kata dari bibir Cut. “Kamu boleh nggak suka sama aku, tapi bener aku sayang sama kamu.” Entah dari mana Kia dapat kosakata yang bernada merayu itu.
“Sebenernya…” Cut tampak ragu.”Sebenernya, aku juga suka sama kamu.” Kia sumringah.
“Jadi,, kamu mau hubungan kita lebih dari teman?” Cut hanya mengangguk ragu.
“Tapi..” Cut tampak gelisah.
“Oke aku tahu.”  Kia seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Cut.

Komentar