Ke Papandayan Aku kan Kembali, Walau Apa yang Terjadi

Garut.

yes here i know. kerukupan selimut tebal yang dibawa ira dari ciamis. perjalanan jogja-ciamis, ciamis-garut bikin body gue bagaikan puzzle yag pisah berantakan. tak tersatukan. 

tujuan utama kita (gue, widia dan bani) memang Garut. ira selalu bilang kalau kampung halamannya tuh Garut, padahal nyokapnya tinggal di Ciamis. parah banget gak sih? 

just like me. i said that my hometown is Palembang-Sekayu, while my parent stay in Purworejo. inilah contoh anak-anak tak tahu diri. hih!

tapi apasih menurut kalian kampung halaman itu? yang jelas kalo gue sih ngerasa rumah gue di Palembang-Sekayu-Tungkal Jaya. and my heart trapped there. around my family (sisters, brothers, nephews, and friends). 

ayo ayo balik ke Garut lagi. kampung halaman ira (katanya). 

so why we chose Garut as our holiday destination? of course, karena ada ira. i mean bukan karena gue harus nempel terus sama ni bocah. tapi karena ada rumahnya di Garut, jadi kita bisa nebeng. nginep dan syukur-syukur makan. bwehehehe. niat yang mulia bukan? bukan. 

seiring dengan bertambahnya usia, dan berkurangnya umur  rasa penasaran gue untuk pergi menjelajah makin tinggi. awalnya gue oragnya yang malesan kalo pergi-pergi. apalagi jauh dan mesti naik mobil. ogah bangetlah. sebenernya bukan karena gue nggak seneng, cuma gue mabok daratan orangnya. :(

setelah jadi mahasiswa dan berdomisili di jogja yang banyak destinasi wisatanya, kesadaran gue untuk menjelajah itu ada. dan karena temenan sama orang-orang yang nggak bisa nganggur di rumah kalo selo gue pun jadi suka jalan-jalan. meskipun cakupan gue cuma sekitaran jogja aja. terkendala waktu dan dana. 

and well karena liburan, bisalah kita pergi agak jauh. 

Garut. tepatnya di bawah kaki gunung cikuray, kampug halaman ira tertancap. untuk mencapai kampung halaman ini dari terminal Garut, kendaraaan yang gue naikin kemaren sih angkot. super jelek. jalan jelek. supir jelek. pokoknya semua jelek. jaga-jaga deh tuh badan lo jangan sampe meretelin pas turun dari angkot. gue aja sampe misuh-misuh loh saking lamanya dan saking jeleknya jalan. pfyuh! lain kali gue harus lebih sabar. harus. 

hari ini gue dan yang lain mau jalan. and kebayang kita harus ngelewatin jalan jahanam kemaren semangat gue jalan berkurang 0.00034%. iya dikit banget ka ngurangnya. iyalaaaah kita mau jalan ke Papandayan sih. bwahahaha. njir gak sabar. 

alhamdulillah kita gak perlu naik angkot kayak kemaren. kita naik pick up. gue sih 1000x lebih suka naik pick up. bisa leluasa lihat-lihat pinggir jalan. gak tanggung-tanggung pemandangannya menyuguhkan haparan bukit-bukit. baik yang terolah menjadi lahan pertanian. maupun yang masih hutan. gue gak abis pikir, gimana orang-orang bisa bertanam di lahan yang sebegitu miring?

and yes! kita gak perlu naik angkot jelek~ 
gue sangat menikmati jalan naik ke gunungnya. meskipun gerimis sedikit. udaranya dingin sejuk. segar banget. di samping kanan-kiri berjajar pohon cemara. percis kayak lagu ini:

naik naik ke puncak gunung
tinggi tinggi sekali
kiri kanan kulihat saja
banyak pohohn cemara~


kabut tipis menemani sepanjang perjalanan kita. nuansa gunung pun makin berasa. gue berasa di tudung merah yang mau berkungjung ke rumah neneknya.  nek, aku datang nek~ 


sampai di atas (gue lupa nama spotnya apa), alhamdulillah nggak gerimis. saatnya melanjutkan perjalanan ke kawah Papandayan. nggak terlalu jauh sih. tapi kita lama nyampenya, secara ada spot bagus dikit langsung foto. 

gue yang notabene lagi pilek malah seger buger di sini. meskipun dengan mulut yang nganga terus (nggak bisa napas dari hidung), seenggaknya gue bisa jalan dan nggak demam. 

dan sampai pun kita di Kwah Papandayan. yey!

yu djum, i see yu djum, cz i dont want tu djum

mandi belerang mandi belerang ngilangin kurap niglangin kurap

dan akibat dari nganga sepanjanng naik gunung, mulut gue kebanyakan ngisep belerang. pait pait pait!
pas turun di bawah gue udah ditungguin tim:


kaaak, kak nadine mana kak nadine? adek di sini kak. 

bang vicky mana? adek di sini bang.

...

payahnya gue sebenernya pengen jalan sampe ke hutan mati. tapi keburu hujan. dan emang kondisi tubuh tak mengijinkan. pulang ajalah kita. nanti kapan-kapan gue ber kunjung lagi ya Yan, Papandayan. bye!

itu ira. temen sejurusan gue. bukan. bukan anak teka dia. udah tua dia. cuma nggak tau kenapa bisa berkamuflase gitu. 
bani. fotografer experia. 




Komentar

  1. Say tulisannya gedein dikit kek, mataku kriyip-kriyip ki baca tulisan kamu :*

    BalasHapus
  2. hehe bukanya dari laptop makanyaaa

    BalasHapus

Posting Komentar