Kau Yang Mampu
Aku tak tahu. Inilah kali pertama dalam sejarah kehidupanku.
Membalas perasaan orang lain kepadaku. Aku
yang dari dulu tak pernah sekalipun melakukannya. Jangankan membalas perasaan,
membalas tatapan orang yang menyukaiku saja aku enggan. Sebisa mungkin
menghindar.
Bukan. Bukannya aku tak pernah suka atau kagum pada orang
lain. Lawan jenis. Sayangnya seringkali aku hanya menyimpan kenyataan bahwa aku
menyukai orang tersebut. Sayangnya tak
pernah satupun yang tahu aku memendam rasa. Enggan pula aku memperjuangkannya. Takut.
Ia malah menjauh dariku, seperti apa yang kulakukan pada orang lain yang
menyukaiku tapi aku tak menyukainya.
Mudah. Mudah sekali bagiku untuk menyukai seseorang. Kagum. Tapi
inilah aku mudah sekali menyukai semudah melupakan bahwa aku pernah suka. Rasa kagum
yang ada hari ini akan hilang seiring
dengan semakin aku mengenal, semakin aku dekat pada orang yang ku kagumi. Aku lebih
suka untuk tidak mengetahui lebih jauh tentangnya. Daripada aku harus ilfeel
jika menemukan sifat-sifat buruknya di kemudian hari. Dan berakhir dengan lupa
bahwa aku pernah menyukainya.
Aku yang sekarang masih sama dengan aku yang dulu. Tapi dia
sungguh berbeda. Tampil dengan sejuta pesona. Memaksaku untuk tetap diam saat
dia mencoba mendekatiku. Aku yang biasanya selalu berlari, menjauh, menghindar,
bahkan jika perlu menghilang saja jika ada yang ingin mendekatiku. Kali ini tak
kuasa aku melakukannya, kakiku lemas, lupa untuk berlari, terlalu sibuk
menikmati pesonanya.
Sungguh aku tak pernah sekalipun menyukai atau mengaguminya.
Tapi dia mampu membuatku luluh dan memilih untuk membalas perasaanya. Perasaan?
Perasaan apa? Entahlah, aku hanya merasa nyaman saat dia ‘dekat’. Memperhatikanku
dan selalu menanyakan kabarku. Memuji dan menyanjungku.
Aku harap justru karena aku tak pernah menyukai atau
mengaguminya sebelumnya, dapat membuat perasaan ini tahan lebih lama.
Komentar
Posting Komentar