Menunggu Jemputan

Aku lupa sudah berapa lama aku disini. Berbaring dengan mata terpejam. Mungkin sudah sehari, mungkin seminggu, mungkin seabad.  Entahlah aku tak punya ide tentang itu 
Sudah kubilang mataku terpejam. Namun sebenarnya aku tak sepenuhnya tertidur. Aku juga heran kenapa aku tak bisa menggerakkan tubuhku, tanganku, jemariku. Jangankan untuk itu semua menggerakkan kelopak mata agar terbuka saja aku tak bisa.
Sudah kubilang aku hanya memejamkan mata. Tak ada yang salah dengan alat indraku. Semua bekerja normal. Bahkan aku pun dapat melihat meski tak ada sesuatu pun yang dapat kulihat, gelap.
Tentang dimana aku berbaring ini juga aku tak tahu. Kurasa bukan bantal empuk berisi buku angsa tempat kepalaku bersandar. Bukan pula kasur nyaman nan hangat tempatku terbaring. Kadang aku merasa udara disini sangat dingin.
Aku mencium sesuatu. Harum. Entah kapan kurasa aku pernah mencium aroma yang sama. Aku rindu.
Aroma itu mendekat semakin kuat dan tajam. Kemungkinan besar mengarah kepadaku.
Samar aku mendengar langkah kaki. Kali ini bisa dipastikan mengarah kepadaku.
Suara itu berhenti. Tepat di sampingku.
Sebuah sentuhan lembut mendarat di pipiku. Hembusan napas hangat menerpa wajahku. Jantungku berpacu.
Kurasakan sesuatu lembut menyentuh bibirku. Tepatnya sebuah kecupan. Lama. Jantungku berpacu.
Oh Tuhan aku tak tahan. Seluruh sisa energi kukerahkan untuk menggerakkan bibirku. Kucoba sekuat tenaga membalas ciuman entah siapa itu. Dan, hei aku berhasil.
Dia berhenti. Lalu menjauh. Kurasa terkejut.
Rasa penasaranku ini sungguh tinggi. Kubuka sedikit demi sedikit kelopak mataku.
Seorang pria tampan sekali duduk memandangiku.
"Kenapa kau baru datang?" hei pertanyaan macam apa itu?

Komentar