PEREMPUAN DALAM MIMPI EPISODE 2
Aku masih terpana memandang punggung perempuan itu menjauh hingga menghilang di seberang jalanan yang gelap. Sepersekian detik berikutnya baru aku sadar ada sesuatu yang ditinggalkan perempuan itu di atas meja. Selain cangkir kopi yang telah ludes. Sebuah ponsel.
Kuraih ponsel itu. Mengamati sebentar. Lalu kucoba menyalakannya, tidak bisa. Tampaknya batere ponsel tersebut sudah habis.
Apa yang harus kulakukan dengan ponsel ini?
Beberapa saat kemudian kuputuskan untuk mengejar perempuan itu. Harusnya dia belum terlalu jauh. Sebelumnya aku pamit kepada salah satu pelayan kafe. Menitipkan laptopku seraya menyelipkan lembaran berwarna biru ke kantongnya. Disambutnya dengan senyum sumringah.
Agak buru-buru aku melangkah meninggalkan kafe dan segera menyebrangi jalan. Ponsel perempuan itu aman digenggamanku. Setidaknya menurutku seperti itu. Entahlah apa yang akan terpikirkan oleh perempuan itu jika tau hal ini.
Aku bingung harus melanjutkan mencari perempuan itu kemana. Jalanan gelap malam itu. Udara dingin dan lembab karena hujan yang turun sepanjang sore tadi.
Kulihat kearah kiri dan kanan. Disebelah kanan, tak jauh dari tempatku berdiri ada sebuah halte bus. Ah kupikir aku akan menemukan perempuan itu disana.
Aku berjalan pasti ke arah halte bus itu. Tidak terlalu santai tetapi juga tidak terlalu terburu-buru.
Beberapa langkah lagi aku akan mencapai halte bus itu. Samar terlihat bayangan seorang gadis sedang duduk, kemungkinan besar menanti bus, di dalam halte. Aku yakin dia adalah perempuan dalam mimpi-mimpiku selama ini. Aku mempercepat langkah.
Tepat saat aku menginjakkan kaki di halte bus, sebuah bus berhenti dan perempuan itu bergegas naik. Aku mencoba berteriak sembari melambaikan ponselnya.
Sedikit pun perempuan itu tidak menoleh. Bus melaju menembus pekatnya malam. Terlambat.
***
[bip bip bip bip]
Sebuah pesan masuk membangunkanku. Setengah terpejam aku memandangi layar ponselku. Bukan. Ini bukan ponselku. Ini milik perempuan itu!
Bersambung...
Dalam rangka memeriahkan #FlashFictionBersambung oleh kak @benzbara_. Episode 1 silakan baca disini www.bisikanbusuk.com/2013/05/perempuan-dalam-mimpi-episode-1.html?m=1.
Kuraih ponsel itu. Mengamati sebentar. Lalu kucoba menyalakannya, tidak bisa. Tampaknya batere ponsel tersebut sudah habis.
Apa yang harus kulakukan dengan ponsel ini?
Beberapa saat kemudian kuputuskan untuk mengejar perempuan itu. Harusnya dia belum terlalu jauh. Sebelumnya aku pamit kepada salah satu pelayan kafe. Menitipkan laptopku seraya menyelipkan lembaran berwarna biru ke kantongnya. Disambutnya dengan senyum sumringah.
Agak buru-buru aku melangkah meninggalkan kafe dan segera menyebrangi jalan. Ponsel perempuan itu aman digenggamanku. Setidaknya menurutku seperti itu. Entahlah apa yang akan terpikirkan oleh perempuan itu jika tau hal ini.
Aku bingung harus melanjutkan mencari perempuan itu kemana. Jalanan gelap malam itu. Udara dingin dan lembab karena hujan yang turun sepanjang sore tadi.
Kulihat kearah kiri dan kanan. Disebelah kanan, tak jauh dari tempatku berdiri ada sebuah halte bus. Ah kupikir aku akan menemukan perempuan itu disana.
Aku berjalan pasti ke arah halte bus itu. Tidak terlalu santai tetapi juga tidak terlalu terburu-buru.
Beberapa langkah lagi aku akan mencapai halte bus itu. Samar terlihat bayangan seorang gadis sedang duduk, kemungkinan besar menanti bus, di dalam halte. Aku yakin dia adalah perempuan dalam mimpi-mimpiku selama ini. Aku mempercepat langkah.
Tepat saat aku menginjakkan kaki di halte bus, sebuah bus berhenti dan perempuan itu bergegas naik. Aku mencoba berteriak sembari melambaikan ponselnya.
Sedikit pun perempuan itu tidak menoleh. Bus melaju menembus pekatnya malam. Terlambat.
***
[bip bip bip bip]
Sebuah pesan masuk membangunkanku. Setengah terpejam aku memandangi layar ponselku. Bukan. Ini bukan ponselku. Ini milik perempuan itu!
Bersambung...
Dalam rangka memeriahkan #FlashFictionBersambung oleh kak @benzbara_. Episode 1 silakan baca disini www.bisikanbusuk.com/2013/05/perempuan-dalam-mimpi-episode-1.html?m=1.
Komentar
Posting Komentar